Tugas makalah
: pengantar bisnis
Guru pembimbing
: Dr.Muhammad azis .M.Si
PENGARUH MASUKNYA PRODUK CINA KE INDONESIA
Disusun OLEH
NAMA :
WAHIDAYANTI
NIM :
1194040008
PENDIDIKAN EKONOMI / PENDIDIKAN ADMINISTRASI NIAGA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2012
KATA PENGANTAR
BISMILLAHIRRAHMANI
RAHIM
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan
MAKALAH PENGANTAR BISNIS yang berjudul “
PENGARUH MASUKNYA PRODUK CINA KE INDONESIA “ ini. Adapun dibuatnya Makalah ini
dengan maksud untuk mengetahui pengaruh dari ACFTA dan tujuan dari ACFTA ,
dampak positif dan negative menjamurnya produk cina dan dan kebijakan pemerintah menghadapi
masuknya produk cina di indonesia. Kesulitan dan hambatan –hambatan kerap
menghampiri , namun kesemuanya itu tidak menjadi penghalang bagi penulis, bahkan menjadi pengalaman serta motivasi untuk bekerja semaksimal
mungkin.
Penulis menyadari bahwa dengan selesainya
penulisan makalah ini, penulis tidak hanya bekerja dengan usaha kami sendiri,
namun banyak kalangan yang memberikan konstribusi baik langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada dosen penganta bisnis Dr. Muhammad azis .M.Si yang telah memberikan
bimbingannya,dan teman-teman yang telah memberikan dukungan moril dan moralnya.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saran
dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan.
MAKASSAR,12
JANUARI 2012
wahidayanti
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
……...…………………………………………………. i
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………1
A . Latar
belakang ………………………………………...1
B . Rumusan
masalah ……………………………………..2
C . Tujuan………………………………………………….2
BAB
II PEMBAHASAN …………………………………………….3
BAB
III PENUTUP…………..…………………………………….... 10
3.1. Kesimpulan ……………………………………………10
3.2. Saran …………………………………………………..11
DAFTAR
PUSTAKA …………………………………………………12
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pesatnya pertumbuhan ekonomi cina mengakibatkan makin
besarnya aktivitas serta ekspansi perdagangan negara tersebut ke negara lain.
Pertumbuhan ekonomi Cina tumbuh 9,1 persen pada 2003. PDB Cina tahun 2003
adalah 11,6694 triliun yuan (1,4 triliun dolar AS). Sejak cina bergabung ke
dalam organisasi perdagangan dunia (WTO) mulailah ekspansi cina dimulai ke
negara lain, terus menggeliat melebarkan sayap ekonomi ke segala penjuru dunia
dalam berbagai bidang ekonomi seperti menebar lembar-lembar cek bernilai besar.
Ada pembelian mayoritas saham bisnis PC IBM oleh Lenovo senilai 1,75 miliar
dolar, lalu komitmen Beijing senilai 200 miliar dolar di Iran, dan 1 miliar
dolar dibayarkan kepada Brasil, juga urusan minyak. Pengeboran minyak
dilakukannya di Sudan, komitmen senilai 2 miliar dolar di Angola untuk
mengeksploitasi sumber minyak. Selain negara-negara yang disebutkan dimuka,
Indonesia pun menjadi salah satu target pemasaran produk-produk cina hingga
saat ini.
Produk yang berkualitas dengan harga yang murah merupakan
salah satu daya tarik tersendiri dari produk-produk cina yang dipasarkan di
indonesia. Mulai dari bangun tidur, kemudian beraktivitas sehari-hari, hingga beristirahat
lagi di waktu malam, hampir sebagian besar produk buatan Cina tidak lepas dari
kita. Mau makan, piringnya buatan Cina. Mau tidur, selimutnya juga impor dari
negara itu. Selain itu, produk-produk Cina juga meliputi furnitur, elektronik,
bahkan perhiasan.
Masuknya produk-produk cina ke indonesia memang tidak dapat
dihindari. Ini merupakan dampak dari globalisasi yang harus kita hadapi.
Besarnya permintaan konsumen terhadap produk-produk yang berasal dari cina
memang tidak dapat kita elakan karena produk-produk buatan kita yang kalah
bersaing dengan produk mereka. Rendahnya kualitas produk indonesia turut
menjadi faktor penyumbang melemahnya tenaga bersaing kita terhadap
barang-barang dari cina. Produk-produk cina yang mampu melihat selera konsumen
sehingga selalu dicari oleh konsumen merupakan salah satu kelebihan produk cina
yang pada akhirnya akan berakibat pada industri nasional.
Pihak yang paling merasakan dampak dari masuknya
produk-produk cina ke indonesia tentunya adalah para pengusaha nasional.
Persaingan yang terjadi seolah menjadi tidak sehat disebabkan oleh kemampuan
industri cina untuk memproduksi barang yang memiliki kualitas sama dengan harga
yang jauh lebih murah.
B.
RUMUSAN MASALAH
Adapun
masalah –masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain :
1. Menjelaskan
apa yang di maksud ACFTA dan tujuan ACFTA?
2. Bagaimana
pengaruh masuknya produk cina terhadap Indonesia?
3. Apa
dampak positif dan negative masuknya produk cina ke Indonesia?
4. Bagaiman
kebijakan pemerintah dalam menghadapi ACFTA?
C.
TUJUAN
1. Dapat memahami apa yang itu ACFTA dan tujuan
dari terbentuknya ACFTA
2.
Mengetahui sejauh mana pengaruh masuknya produk cina ke Indonesia
3.
Mendeskripsikan dampak positif dan dampak negative dari masuknya produk
cina ke Indonesia
4.
Memahami kebijakan – kebijakan pemerintah dalam menghadapi ACFTA
BAB II
PEMBAHASAN
A.
ACFTA DAN TUJUAN
ACFTA
ACFTA untuk
barang mulai berlaku 1 Januari 2005 dan selesai 1 Januari 2010. Tujuan dari ASEAN-China
Free Trade Agreemen (ACFTA) adalah membuka market access yang
selebar-lebarnya sehingga memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak yang
lebih kurang sama besarnya, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan melalui
proses negosiasi yang dilakukan dengan cara request dan offer.
Dalam proses negosiasi ini tentunya tidak ada pihak yang mau membuat
persetujuan kalau dia dirugikan. Jadi ketika negara-negara ASEAN mulai
berunding dengan Cina, maka harus dibuat penelitian yang mendalam dan teliti
terlebih dahulu, berapa besar kira-kira keuntungan yang akan diperoleh setiap,
di bidang mana saja untungnya, di bidang mana saja akan rugi, pada negara ASEAN
mana keuntungan jatuhnya akan lebih besar dan negara ASEAN mana kerugiannya
akan jatuh lebih besar. Tidak cukup dengan hanya melihat potensi pasar Cina
yang besar, tetapi apakah memang ada kemungkinan untuk meningkatkan ekspor ke
sana. Juga tidak cukup dengan membuat analisa Revealed Comparative
Advantage (RCA), karena pertama jenis analisa ini sifatnya static,
kita hanya melihat posisi pada tahun tertentu saja atau paling jauh comparative
static. Kedua, kalau misalnya Indonesia bisa ekspor kelapa sawit ke Cina,
tidak berarti bahwa Indonesia memiliki keunggulan komparatif terhadap Cina
karena Cina tidak bisa karena iklimnya menanam kelapa sawit, lagi pula
keuntungannya tidak akan banyak kalau kita hanya sekedar mampu ekspor bahan
mentahnya saja karena value added nya rendah, yang harus dikejar
adalah ekspor barang-barang hasil olahan industri yang mempunyai nilai tambah
yang tinggi. Sifat penetiannya harus lebih konkret, apakah ada hambatan bagi
produk-produk yang Indonesia ekspor, baik berupa tariff maupun non-tarif dan
pada produk apa saja? Untuk impor bahan-bahan mentah yang tidak terdapat di
dalam negeri, biasanya tarifnya nol. Bagi jenis barang yang tarifnya nol atau
rendah, suatu persetujuan perdagangan bebas tidak ada gunanya, karena memang
sudah bebas. Pertanyaan ini harus dijawab terlebih dahulu.
Sebagai bagian integral dari persetujuan ini juga
ada persetujuan mengenai Early Harvest Programme di bidang pertanian
yang sudah mulai diberlakukan sejak 1 Juli 2003 (Art. 6).
Negara-negara ASEAN tertarik
untuk membuat persetujuan perdagangan bebas dengan Cina karena melihat pasarnya
yang besar. Pasar yang besar karena jumlah penduduknya besar bisa kurang
berarti, jika daya beli rakyatnya masih relatif rendah. Meskipun demikian
secara absolut total impor Cina masih cukup besar. Dan belum tentu ada permintaan
terhadap produk Indonesia. Jadi FTA percuma. Kalaupun ada, misalnya tekstil,
belum tentu Indonesia yang dapat karena ada banyak pesaing eksportir dari
negara-negara lain. Jadi tidak cukup mengatakan, bahwa peluangnya besar karena
jumlah penduduknya besar. Yang harus kita perhitungkan adalah peluang nyata,
bukan peluang di awang-awang.
Ketika dimulai perundingan,
perlu diperhitungkan peluang negara-negara ASEAN lainnya, jangan hanya melihat
“peluang”, jangan-jangan peluang yang besar ini direbut oleh negara ASEAN
lainnya, bukan oleh Indonesia.
Ketika memulai suatu perundingan
FTA yang pertama harus dilakukan adalah membuat suatu penelitian tentang untung
ruginya, terutama bagi pihak kita, sehingga hasilnya nanti tidak merugikan.
B.
PENGARUH
MASUKNYA PRODUK CINA KE INDONESIA
Diperkirakan Indonesia
kedepan hanya dalam waktu satu sampai dua tahun akan menjadi negara konsumen,
karena masuknya berbagai produk China akibat perjanjian perdagangan bebas
antara China dengan ASEAN.
Produk China akan membanjiri pasar domestik dengan harga yang lebih murah ketimbang produk lokal.
Apa dampak lebih buruknya kalau kita menjadi negara konsumen?
Jika Indonesia menjadi negara konsumen, maka dikhawatirkan investasi asing akan berkurang. Para
investor asing kemungkinan akan menginvestasikan dana di China maupun di Vietnam ketimbang Indonesia sebagai basis produksi dan mengekspor produknya ke pasar Indonesia.
Bagaimana upaya pemerintah untuk mencegahnya?
Melakukan kebijakan yang positif. Pemerintah diharapkan segera membuat aturan yang dapat menahan laju produk China sehingga tidak semuanya masuk ke Indonesia. Saya optimis pemerintah akan melakukan berbagai upaya untuk dapat mengantisipasi masuknya produk China yang harganya jauh lebih murah ketimbang produk domestik.
Dampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional?
Begini, meski Indonesia nanti menjadi negara konsumen, pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan se-
besar 5.5 persen bisa saja tumbuh. Namun ekspor Indonesia diperkirakan akan . merosot tajam karena volumenya makin mengecil. Pemerintah harus benar-benar siap dalam perjanjian perdagangan bebas antar-ASEAN dengan China. Apakah kita benar-benar siap menghadapi serbuan produk dari China?
Sebenarnya, memang kita harus sudah siap menghadapi serbuan produk China. Namun, melihat kondisi industri di Indonesia, bila produk China masuk ke pasar domestik, maka industri tekstil, industri sepatu, keramik, alat bahan bangunan di dalam negeri akan mengalami kemunduran. Kondisi ini tentu juga akan berdampak negatif terhadap tenaga kerja. Bisa saja akan terjadi pengurangan karyawan, akibat produksi perusahaan akan makin berkurang
Diperkirakan Indonesia kedepan hanya dalam waktu satu sampai dua tahun akan menjadi negara konsumen, karena masuknya berbagai produk China akibat perjanjian perdagangan bebas antara China dengan ASEAN. Saya optimis pemerintah akan melakukan berbagai upaya untuk dapat mengantisipasi masuknya produk China yang harganya jauh lebih murah ketimbang produk domestik. Namun, melihat kondisi industri di Indonesia, bila produk China masuk ke pasar domestik, maka industri tekstil, industri sepatu, keramik, alat bahan bangunan di dalam negeri akan mengalami kemunduran.
Produk China akan membanjiri pasar domestik dengan harga yang lebih murah ketimbang produk lokal.
Apa dampak lebih buruknya kalau kita menjadi negara konsumen?
Jika Indonesia menjadi negara konsumen, maka dikhawatirkan investasi asing akan berkurang. Para
investor asing kemungkinan akan menginvestasikan dana di China maupun di Vietnam ketimbang Indonesia sebagai basis produksi dan mengekspor produknya ke pasar Indonesia.
Bagaimana upaya pemerintah untuk mencegahnya?
Melakukan kebijakan yang positif. Pemerintah diharapkan segera membuat aturan yang dapat menahan laju produk China sehingga tidak semuanya masuk ke Indonesia. Saya optimis pemerintah akan melakukan berbagai upaya untuk dapat mengantisipasi masuknya produk China yang harganya jauh lebih murah ketimbang produk domestik.
Dampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional?
Begini, meski Indonesia nanti menjadi negara konsumen, pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan se-
besar 5.5 persen bisa saja tumbuh. Namun ekspor Indonesia diperkirakan akan . merosot tajam karena volumenya makin mengecil. Pemerintah harus benar-benar siap dalam perjanjian perdagangan bebas antar-ASEAN dengan China. Apakah kita benar-benar siap menghadapi serbuan produk dari China?
Sebenarnya, memang kita harus sudah siap menghadapi serbuan produk China. Namun, melihat kondisi industri di Indonesia, bila produk China masuk ke pasar domestik, maka industri tekstil, industri sepatu, keramik, alat bahan bangunan di dalam negeri akan mengalami kemunduran. Kondisi ini tentu juga akan berdampak negatif terhadap tenaga kerja. Bisa saja akan terjadi pengurangan karyawan, akibat produksi perusahaan akan makin berkurang
Diperkirakan Indonesia kedepan hanya dalam waktu satu sampai dua tahun akan menjadi negara konsumen, karena masuknya berbagai produk China akibat perjanjian perdagangan bebas antara China dengan ASEAN. Saya optimis pemerintah akan melakukan berbagai upaya untuk dapat mengantisipasi masuknya produk China yang harganya jauh lebih murah ketimbang produk domestik. Namun, melihat kondisi industri di Indonesia, bila produk China masuk ke pasar domestik, maka industri tekstil, industri sepatu, keramik, alat bahan bangunan di dalam negeri akan mengalami kemunduran.
Dewasa ini, masih terdapat sebanyak 11
(sebelas) jenis komoditi yang terkena hambatan non-tarif, antara lain: minyak
olahan, kayu, polyester, serat akrilik, karet alam, ban (karet), natrium
sianida, gula olahan, pupuk kimia, tembakau dan rokok. Ini diluar kuota
sekaligus tarif bea masuk ke Cina atas kakao sebesar 10%, juga untuk kelapa
sawit, yang tidak jelas pengenaannya sehingga menyebabkan produk Indonesia
kalah bersaing dengan produk yang sama dari negara lain. Selain itu, kendala
lain adalah banyaknya pebisnis nasional yang belum cukup andal memanfaatkan
negosiasi regional untuk memperoleh atau memperdalam pangsa pasar atas
produk-produk yang selama ini menjadi unggulan memasuki Cina.
Untuk sebelas produk tersebut, sampai saat ini Indonesia masih memiliki pangsa pasar yang cukup besar di Cina. Sayangnya karena kelemahan dalam daya saing dengan sesama negara ASEAN, beberapa dari komoditas tersebut mulai kehilangan pangsa pasarnya. Pada umumnya produk-produk ini melemah daya saingnya karena pebisnis kita yang masih saja fokus pada pasar yang tidak mengalami pertumbuhan dan tidak mengambil kesempatan untuk memberdayakan potensi internal yang belum tergarap dari menggeliatnya perekonomian Cina.
Apabila Indonesia tidak segera merealisasikan untuk segera memperbaiki kinerja dalam pengelolahan produksinya maka dikhawatirkan, produk-produk dari Cina dapat mematikan produksi dalam negeri.
Untuk sebelas produk tersebut, sampai saat ini Indonesia masih memiliki pangsa pasar yang cukup besar di Cina. Sayangnya karena kelemahan dalam daya saing dengan sesama negara ASEAN, beberapa dari komoditas tersebut mulai kehilangan pangsa pasarnya. Pada umumnya produk-produk ini melemah daya saingnya karena pebisnis kita yang masih saja fokus pada pasar yang tidak mengalami pertumbuhan dan tidak mengambil kesempatan untuk memberdayakan potensi internal yang belum tergarap dari menggeliatnya perekonomian Cina.
Apabila Indonesia tidak segera merealisasikan untuk segera memperbaiki kinerja dalam pengelolahan produksinya maka dikhawatirkan, produk-produk dari Cina dapat mematikan produksi dalam negeri.
C.DAMPAK
POSITIF DAN NEGATIF MASUKNYA PRODUK CINA KE INDONESIA
Dalam empat tahun, nilai impor Indonesia dari Cina di luar
sektor minyak dan gas meningkat lebih dari 140 persen. Jika pada awal krisis di
tahun 1998 nilai impor dari Cina hanya 870,99 juta dollar AS, tahun 2002
nilainya telah mencapai 2,098 miliar dollar AS. Dalam periode sama, volumenya
juga meningkat lebih dari dua kali lipat, dari 2,01 juta ton di tahun 1998 menjadi
4,773 juta ton pada tahun 2002. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS)
menunjukkan, komoditas impor nonmigas terbesar dari Cina dilihat dari realisasi
impor periode Januari-Agustus 2003 adalah jagung sebanyak 95,533 juta dollar
AS. Volumenya 782,5 ton, diikuti komoditas buah-buahan segar dan dikeringkan
senilai 52,058 juta dollar AS.
Melihat fakta diatas makin jelas akibat yang akan
ditimbulkan oleh masuknya produk cina ke indonesia. Di satu sisi, konsumen akan
dimanjakan oleh produk-produk yang memiliki kualitas lumayan dengan harga yang
jauh lebih murah, selain itu terdapatnya banyak variasi dari produk-produk yang
tawarkan makin membuat konsumen makin dimanjakan.ACFTA ternyata memberi dampak
positif terhadap Indonesia, contohnya perdagangan bebas ini dapat menyelamatkan
negara dari pasar gelap yang sangat merugikan negara. Selain itu, perdagangan
bebas ini juga dapat membuat volume perdagangan antarnegara meningkat besar
karena semakin banyak produk-produk asing di pasaran.
Banyak
pihak meyakini bahwa munculnya ACFTA tidaklah banyak mendapatkan keuntungan
kepada Indonesia, ACFTA dianggap hanya akan mendatangkan kerugian dibandingkan
dengan manfaatnya, khususnya terhadap industri manufaktur (tekstil, makanan dan
minuman, petrokimia, peralatan pertanian, alas kaki. Lalu ada lagi sektor
industri fiber sintetik, elektronik (kabel, peralatan listrik), permesinan,
jasa engineering, Industri Besi dan Baja) dan tenaga kerja. Dari beberapa
diskusi, baca Koran/artikel mengenai dampak buruk ACFTA bagi Indonesia yang
telah saya lalui, saya temukan ada beberapa dampak negatif dari ACFTA terhadap
Indonesia.
1.
Bila pemerintah sampai membebaskan
pajak impor hingga nol persen (0%), maka Indonesia tidak akan mendapatkan
keuntungan sepeserpun dari masuknya produk impor dari Cina.
2.
Terjadi defisit perdagangan. Ini
akan menimpa 12 sektor industri yang akan kembali ke titik nadir. Ke 10 sektor
Industri tersebut adalah tekstil, makanan dan minuman, petrokimia, peralatan
pertanian, alas kaki. Lalu ada lagi sektor industri fiber sintetik, elektronik
(kabel, peralatan listrik), permesinan, jasa engineering, Industri Besi dan
Baja
3.
ACFTA lebih mengarah pada
implementasi zona baru prinsip liberalisme perdagangan yang akan menganggu
pasar domestik dan mengancam konsumsi barang-barang produksi dalam negeri.
4.
pengurangan produksi dari
produk-produk indonesia dikarenakan membanjirinya produk-produk Cina di
Indonesia.
5.
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
massal diakibatkan pengurangan produksi dari perusahaan tersebut dalam waktu
lama.
6.
‘Gulung tikar’ nya para pengusaha
Lokal termasuk dari kalangan UMKM (Usaha Mayarakat kecil dan Menengah)
diakibatkan kalah bersaingnnya produk-produk mereka dengan produk impor dari
Cina yang dimana produk dari Cina lebih mengedepankan harga murah dari pada
kualitas dari barang tersebut.
7.
Dari data yang ada, saat ini
peredaran barang impor di tanah air telah mencapai 50 persen, 40 persennya
merupakan produk impor dari Cina. Dampak terburuk ACFTA, bila bea masuk sudah
efektif berlaku nol persen, maka komposisi barang-barang impor diprediksi bisa
melonjak mencapai 75 persen dan produk-produk Cina menguasai 70 persennya. Jika
hal ini dibiarkan dan tidak ada upaya penghambatan dari pemerintah,
dikhawatirkan secara tidak langsung akan berdampak pada lapangan kerja karena
akan terjadi alih profesi dari kalangan industriawan ke pedagang atau menjadi
distributor.8. Masyarakat Indonesia dipaksa menjadi masyarakat konsumtif,
karena dibanjiri oleh barang-barang dari cina dengan harga yang sangat murah
tetapi dengan kualitas yang kurang baik.
D.
KEBIJAKAN
PEMERINTAH MENGHADAPI ACFTA
pemerintah dapat memutuskan untuk membuat
kebijakan-kebijakan non tarif untuk melindungi produsen dan konsumen lokal di
Indonesia, seperti :
o Melakukan pengawasan terhadap produk ilegal masuk ke
Indonesia seperti produk makanan dan minuman serta beras dan gula karena tidak
tercantum dalam perjanjian ACFTA tersebut.
o
Menerapkan SNI (Standar Nasional
Indonesia) terhadap produk China yang masuk ke Indonesia serta menetapkan
standar produk Indonesia sesuai dengan negara tujuan ekspor. Hal ini akan
memungkinkan bagi UKM untuk memasarkan produknya ke China dengan syarat UKM
tersebut dapat menyesuaikan dengan standar negara tujuan ekspor.
o
Instrument
label halal dan petunjuk penggunaan dalam bahasa Indonesia. Indonesia dengan
mayoritas penduduk muslim hendaknya menjadi pertimbangan dalam pencantuman
label halal di produk China dengan pengawasan dari MUI. Selain itu pertimbangan
aturan pencantuman cara penggunaan produk berbahasa Indonesia wajib diterapkan.
Jadi, mungkin saja suatu saat nanti produk China dengan label halal akan banyak
kita temui di ritel-ritel bersaing dengan produk lokal.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Awal
tahun 2010 yang merupakan saat mulai diberlakukanya kawasan perdagangan bebas
antara China dan ASEAN (China-ASEAN Free Trade Area/ACAFTA). Setelah sebulan
pemberlakuan ACAFTA per 1 Januari atau awal Februari 2010, produk China sudah
membanjiri pasar. Barang-barang produksi yang menjadi andalan bagi China,
khususnya ekspor tekstil dan produk tekstil, alas sepatu, elektronik dan
alat-alat rumah tangga serta mainan anak-anak. Produk China dengan harga yang
jauh lebih murah dan sangat diminati konsumen Indonesia, dikhawatirkan akan
menggeser produk lokal yang harganya jauh lebih mahal.Permintaan agar
pemerintah segera membatasi masuknya produk China ini didasari alasan yang
sangat kuat. Apalagi, harus diakui, serbuan produk China bisa mengungguli
produk lokal yang harganya jauh lebih tinggi, sehingga produk lokal tidak
diminati konsumen yang pada gilirannya akan mematikan perusahaan lokal. Kondisi
ini juga akan mendorong investasi asing makin berkurang karena mereka
mengalihkan dananya ke Negara lain yang akan dijadikan basis produksi ke pasar
Indonesia.
Industri China didukung iklim usaha yang lebih kondusif dari
pemerintah dalam bentuk bantuan stimulan yang mendorong iklim produksi di sana.
Selain itu industri China bisa mendapatkan mesin produksi dari dalam negeri,
sedangkan Indonesia harus mengimpor dari luar negeri dengan harga yang lebih
mahal. Yang akan sangat terasa imbasnya produk tekstil. Salah satu caranya saat
ini pemerintah harus menunda pemberlakuan ACFTA. Upaya penundaan pemberlakuan
ACFTA perlu dilakukan oleh pemerintah untuk menyelamatkan beberapa sektor
industri yang dipastikan terpukul oleh perjanjian perdagangan bebas ASEAN
dengan China itu.
Sedangkan dampak negatif yang banyak dikhawatirkan
masyarakat Indonesia adalah masalah ketanagakerjaan, yaitu akan meningkatkan
PHK dan pengangguran, tapi karena kenyataanya pemerintah memang tetap
memberlakukan ACFTA ini, maka diluar itu semua pemberlakuan ACFTA bisa dilihat
dari dampak positifnya yang mungkin saja lebih besar ketimbang efek negatifnya.
Dampak positif lainnya dari pemberlakukan ACFTA bisa diprediksikan bahwa
sejumlah produk barang dan jasa buatan Indonesia akan lebih mudah memasuki
pasaran domestik China. Produk-produk hasil perkebunan seperti kakao, minyak
kelapa sawit dan lain-lain akan lebih mudah diterima dan dibeli konsumen China
sebab lebih kompetitif. Melihat dampak yang sangat luar biasa merugikan
tersebut sebaiknya harus dilakukan antisipasi yang cepat dan menyeluruh.
Langkah segera yang dapat diupayakan adalah pemerintah negosiasi ulang
kesepakatan perdagangan bebas itu atau minimal menundanya, terutama untuk
sektor-sektor yang belum siap
B.
SARAN
1. Untuk
menambah daya saing, Indonesia juga harus meningkatkan efisiensi sehingga
produktivitas dalam negeri meningkat. Memperluas akses pasar. Tak lupa meningkatkan
kemampuan dalam penguasaan teknologi informasi dan
komunikasi, termasuk promosi pemasaran.
2. Jelas bahwa produk-produk lokal membutuhkan ide, inovasi,
solusi dan strategi bisnis jitu yang mampu meningkatkan daya saing menghadapi
serbuan produk China. Produsen lokal juga dapat memperkuat brand sehingga
menjadi pilihan utama konsumen Indonesia dibandingkan produk China.
3. Pertegas produk
unggulan Indonesia
Produk yang menjadi unggulan ini harus benar-benar ‘unggulan’ sehingga negara lain tidak dapat menyamai dengan mudah. Selain itu, jika produk kita menjadi unggulan, tentu kita juga dapat ‘menguasai’ pasar beserta harganya. Contoh beberapa produk yang sudah memiliki nama di dunia, batik, kelapa sawit, dll.
Produk yang menjadi unggulan ini harus benar-benar ‘unggulan’ sehingga negara lain tidak dapat menyamai dengan mudah. Selain itu, jika produk kita menjadi unggulan, tentu kita juga dapat ‘menguasai’ pasar beserta harganya. Contoh beberapa produk yang sudah memiliki nama di dunia, batik, kelapa sawit, dll.
4. Objek pariwisata sebagai salah satu sumber devisa yang
utama
Indonesia memiliki kelebihan dari sisi alam dibandingkan dengan negara lain seperti Singapura dan Malaysia, namun ironisnya 2 negara itu justru lebih berhasil menarik wisatawan (termasuk dari Indonesia) sendiri. Negara kita tentu tidak kalah dalam hal menyediakan objek pariwisata yang indah, namun branding dan kemasannya saja yang dirasa kurang menarik dan cenderung kurang serius. Padahal sumber pemasukan dari bidang ini masih cukup menjanjikan, dan tidak seperti sumber daya alam lain, objek pariwisata tidak pernah ‘habis’, bahkan cenderung berkembang. Oleh karena itu, sudah saatnya Indonesia melakukan branding yang menarik bagi wisatawan dan menyiapkan objek pariwisata yang cukup ‘berkelas’ sehingga dapat menjadi kebanggaan Indonesia.
Indonesia memiliki kelebihan dari sisi alam dibandingkan dengan negara lain seperti Singapura dan Malaysia, namun ironisnya 2 negara itu justru lebih berhasil menarik wisatawan (termasuk dari Indonesia) sendiri. Negara kita tentu tidak kalah dalam hal menyediakan objek pariwisata yang indah, namun branding dan kemasannya saja yang dirasa kurang menarik dan cenderung kurang serius. Padahal sumber pemasukan dari bidang ini masih cukup menjanjikan, dan tidak seperti sumber daya alam lain, objek pariwisata tidak pernah ‘habis’, bahkan cenderung berkembang. Oleh karena itu, sudah saatnya Indonesia melakukan branding yang menarik bagi wisatawan dan menyiapkan objek pariwisata yang cukup ‘berkelas’ sehingga dapat menjadi kebanggaan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Nulispaper.blogspot.com/2009/04/dampak-masuknya-produk-produk-cina.html.
Ikha2705.wordpress.com/2009/04/dampak-masuknya-produk-produk-cina-html.
Wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/masuknya-produk
–cina-ke-indonesia.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar