TUGAS : BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
PENDEKATAN CARA
BELAJAR AKTIF(CBSA)DAN KETERAMPILAN PROSES
OLEH :
KELOMPOK :
VIII
NAMA :1.WAHIDAYANTI (1194040008)
2.RIA
WIJAYANTI(1194040022)
3.YATNA
RAMADHAN(1194040036)
4.ARDI AHMAD(1194040051)
5.MUH.NURALAMSYAH(1194040066)
6.
NURFAHIMA(1194040083)
PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI
MAKASSAR
2012
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar
Belakang
B. Rumusan
Masalah
Bab II Pembahasan
Bab III Penutup
A,Kesimpulan
B
Saran
Daftar Pustaka
KATA
PENGANTAR
BISMILLAHIRRAHMANI RAHIM
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan MAKALAH yang berjudul “PENDEKATAN CBSA DAN
KETERAMPILAN PROSESS “ ini. Adapun dibuatnya Makalah ini dengan maksud untuk mengetahui
CBSA dan KETERAMPILAN PROSES, serta impliksinya dan cara pengembangannya .
Kesulitan dan hambatan –hambatan kerap menghampiri , namun kesemuanya itu tidak
menjadi penghalang bagi penulis, bahkan
menjadi pengalaman serta motivasi untuk
bekerja semaksimal mungkin.
Tim Penulis menyadari bahwa dengan selesainya
penulisan makalah ini, tim penulis tidak hanya bekerja dengan usaha kami
sendiri, namun banyak kalangan yang memberikan konstribusi baik langsung maupun
tidak langsung. Untuk itu tim penulis
menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
dosen belajar dan pembelajaran yang telah memberikan bimbingannya,dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan moril dan moralnya.
Tim
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan.
MAKASSAR,15
NOVEMBER 2012
Tim
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Jika kita tinjau perkembangan dan pertumbuhan seseorang, maka makin jelaslah bahwa hidup seseorang didalam lingkungan yang berbudaya itu merupakan suatu perjuangan dari seseorang untuk hidup dengan hak azasi manusiawi dalam menyatakan dirinya, mahkluk yang berkehendak berdiri sendiri .makin aktif ia berikan konstribusi dalam lingkungan sosialnya, makin ia menjalin ikatan dan menerima norma dari lingkungan, makin meningkatatkan aspirasi-aspirasi dalam mempersoalkan kepentingan untuk mencapai cita-citanya dalam mewujudkan dirinya (self actualozation),mengacu kepada kemandirian.
Manusia hidup antara dua kutub existensi, sosial (lingkungan) dan kutub existensi individu, yang satu dengan yang lain saling terjalin dalam dirinya (idividualisasi dan sosialisasi). Pada satu pihak ia berhak mengemukakan dirinya atau kutub existensi individual ingin dihargai dan diakui, tetapi pada pihak lain ia harus menyesuaikan diri pada ketentuan-ketentuan yang berlaku didalam masyarakat, didalam lingkungan sosialnya (kutub existensi sosial). Bila antar kedua kutub ini ada keseimbangan, maka ia akan mencapai suatu kondisi mental sehat, tetapi bukan semata-mata keseimbangan inilah yang merupakan makna hidup. Pada umumnya manusia beraspirasi dan dalam mewujudkan aspirasi itu ada suatu jarak yang ditempuh oleh setiap orang, yaitu jarak potensi yang dimiliki dan apa yang ingin dicapainya, jarak antara mengenal diri sebagai mana ia adanya ,prestasinya (konsep diri) dan sebagaimana .Mendidik pada hakikatnya merupakan bantuan untuk mencapai perkembangan dalam mewujudkan dirinya, tanpa mengabaikan kepentingan lingkunganya dalam perkembangan tersebut seperti tercentus di dalam perumusan GBHN yang bertolak dari UUD 45 dalam kehidupan pancasila maka manusia indonesia seutuhnya mencakup kemandirian dan kemampuan untuk ikut bertanggungjawab terhadap pembangunan bangsanya. Ini berati bahwa cara-cara pemberian informasi itu dan suasana interaksi itu berlangsung lebih penting daripada informasi itu sendiri.disinilah proses menjadi sarana tidak saja meningkatakan cara belajar siswa aktif
Jika kita tinjau perkembangan dan pertumbuhan seseorang, maka makin jelaslah bahwa hidup seseorang didalam lingkungan yang berbudaya itu merupakan suatu perjuangan dari seseorang untuk hidup dengan hak azasi manusiawi dalam menyatakan dirinya, mahkluk yang berkehendak berdiri sendiri .makin aktif ia berikan konstribusi dalam lingkungan sosialnya, makin ia menjalin ikatan dan menerima norma dari lingkungan, makin meningkatatkan aspirasi-aspirasi dalam mempersoalkan kepentingan untuk mencapai cita-citanya dalam mewujudkan dirinya (self actualozation),mengacu kepada kemandirian.
Manusia hidup antara dua kutub existensi, sosial (lingkungan) dan kutub existensi individu, yang satu dengan yang lain saling terjalin dalam dirinya (idividualisasi dan sosialisasi). Pada satu pihak ia berhak mengemukakan dirinya atau kutub existensi individual ingin dihargai dan diakui, tetapi pada pihak lain ia harus menyesuaikan diri pada ketentuan-ketentuan yang berlaku didalam masyarakat, didalam lingkungan sosialnya (kutub existensi sosial). Bila antar kedua kutub ini ada keseimbangan, maka ia akan mencapai suatu kondisi mental sehat, tetapi bukan semata-mata keseimbangan inilah yang merupakan makna hidup. Pada umumnya manusia beraspirasi dan dalam mewujudkan aspirasi itu ada suatu jarak yang ditempuh oleh setiap orang, yaitu jarak potensi yang dimiliki dan apa yang ingin dicapainya, jarak antara mengenal diri sebagai mana ia adanya ,prestasinya (konsep diri) dan sebagaimana .Mendidik pada hakikatnya merupakan bantuan untuk mencapai perkembangan dalam mewujudkan dirinya, tanpa mengabaikan kepentingan lingkunganya dalam perkembangan tersebut seperti tercentus di dalam perumusan GBHN yang bertolak dari UUD 45 dalam kehidupan pancasila maka manusia indonesia seutuhnya mencakup kemandirian dan kemampuan untuk ikut bertanggungjawab terhadap pembangunan bangsanya. Ini berati bahwa cara-cara pemberian informasi itu dan suasana interaksi itu berlangsung lebih penting daripada informasi itu sendiri.disinilah proses menjadi sarana tidak saja meningkatakan cara belajar siswa aktif
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Menjelaskan pengertian cara belajar
aktif (CBSA)?
2.
Mendeskripsikan hakekat cara belajar
siswa aktif??
3.
Menyebutkan penerapan pembelajara CBSA ?
4.
mendeskripsipsikan pengertian
pendekatan keterampilan proses ?
5.
Menjelaskkan jenis pembelajaran keterampilan proses (PKP) ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. CARA BELAJAR SISWA AKTIF (CBSA)
1. Pengertian
Cara Belajar Siswa Aktif
Pada umumnya metode lebih cenderung disebut sebuah pendekatan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata “approach” yang dimaksudnya juga “pendekatan”.
Pada umumnya metode lebih cenderung disebut sebuah pendekatan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata “approach” yang dimaksudnya juga “pendekatan”.
Di
dalam kata pendekatan ada unsur psikhis seperti halnya yang ada pada proses
belajar mengajar. Semua guru profesional dituntut terampil mengajar tidak
semata-mata hanya menyajikan materi ajar. Guru dituntut memiliki pendekatan
mengajar sesuai dengan tujuan instruksional. Menguasai dan memahami materi yang
akan diajarkan agar dengan cara demikian pembelajar akan benar-benar memahami
apa yang akan diajarkan. Piaget dan Chomsky berbeda pendapat dalam hal hakikat
manusia. Piaget memandang anak-akalnya-sebagai agen yang aktif dan konstruktif
yang secara perlahan-lahan maju dalam kegiatan usaha sendiri yang terus-menerus.
Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang
dipelajari.
CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secar fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental vang tinggi sehingga terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip. Konsep CBSA yang dalam bahasa Inggris disebut Student Active Learning (SAL) dapat membantu pengajar meningkatkan daya kognitif pembelajar. Kadar aktivitas pembelajar masih rendah dan belum terpogram. Akan tetapi dengan CBSA para pembelajar dapat melatih diri menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Tidak untuk dikerjakan di rumah tetapi dikerjakan dikelas secara bersama-sama.
Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) adalah anutan pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan.
Dan menurut T. Raka Joni, CBSA adalah suatu pendekatan, bukan suatu metode atau teknik mengajar. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif pada dasarnya adalah melihat kegiatan belajar sebagai pemberian makna secara konstruvistik terhadap pengalaman oleh pebelajar dan dengan dituntun azas “tut wuri handayani” pengendalian kegiatan belajar harus meletakkan dasar bagi pembentukan prakrsa dan tanggung jawab belajar ke arah belajar sepanjang hayat.
CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secar fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental vang tinggi sehingga terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip. Konsep CBSA yang dalam bahasa Inggris disebut Student Active Learning (SAL) dapat membantu pengajar meningkatkan daya kognitif pembelajar. Kadar aktivitas pembelajar masih rendah dan belum terpogram. Akan tetapi dengan CBSA para pembelajar dapat melatih diri menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Tidak untuk dikerjakan di rumah tetapi dikerjakan dikelas secara bersama-sama.
Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) adalah anutan pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan.
Dan menurut T. Raka Joni, CBSA adalah suatu pendekatan, bukan suatu metode atau teknik mengajar. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif pada dasarnya adalah melihat kegiatan belajar sebagai pemberian makna secara konstruvistik terhadap pengalaman oleh pebelajar dan dengan dituntun azas “tut wuri handayani” pengendalian kegiatan belajar harus meletakkan dasar bagi pembentukan prakrsa dan tanggung jawab belajar ke arah belajar sepanjang hayat.
2. Rasionalisasi
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dalam Pembelajaran
Penerapan CBSA dalam proses pembelajaran bertumpu pada sejumlah rasional. Yang terpenting diantaranya ialah rasional yang berkaitan langsung dengan upaya perwujudan tujuan utuh pendidikan serta karakteristik manusia masyarakat dan masyarakat masa depan Indonesia yang dikehendaki.Secara umum, esensi tujuan pendidikan, menurut T. Raka Joni (1980) adalah pembentukan manusia yang bukan hanya dapt menyesuaikan diri hidup didalam masyarakatnya, melainkan labih dari itu, mampu menyumbang bagi penyempurnaan masyarakat itu sendiri.Dengan penerapan CBSA, siswa diharapakan akan lebih mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya secara penuh, menyadari dan dapat menggunakan potensi sumber belajar yang terdapat di sekitarnya, serta siswa diharapkan lebih terlatih untuk berprakarsa, berpikir secara teratur, kritis, tanggap dan dapat menyelesaikan masalah sehari-hari, serta lebih terampil dalam menggali, menjelajah, mencari dan mengembangkan informasi yang bermakna baginya. (Raka Joni, 1992).
Penerapan CBSA dalam proses pembelajaran bertumpu pada sejumlah rasional. Yang terpenting diantaranya ialah rasional yang berkaitan langsung dengan upaya perwujudan tujuan utuh pendidikan serta karakteristik manusia masyarakat dan masyarakat masa depan Indonesia yang dikehendaki.Secara umum, esensi tujuan pendidikan, menurut T. Raka Joni (1980) adalah pembentukan manusia yang bukan hanya dapt menyesuaikan diri hidup didalam masyarakatnya, melainkan labih dari itu, mampu menyumbang bagi penyempurnaan masyarakat itu sendiri.Dengan penerapan CBSA, siswa diharapakan akan lebih mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya secara penuh, menyadari dan dapat menggunakan potensi sumber belajar yang terdapat di sekitarnya, serta siswa diharapkan lebih terlatih untuk berprakarsa, berpikir secara teratur, kritis, tanggap dan dapat menyelesaikan masalah sehari-hari, serta lebih terampil dalam menggali, menjelajah, mencari dan mengembangkan informasi yang bermakna baginya. (Raka Joni, 1992).
3. Hakikat Pendekatan CBSA
Siswa pada hakekatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara jelas, maka kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka mampu menampilkan posisi itu. Para guru dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada siswa sesuai dengan taraf perkembangannya, sehingga mereka memperoleh konsep. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses perolehan, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Proses belajar-mengajar seperti inilah yang dapat menciptakan siswa belajar aktif.
Hakekat dari CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya:
a. Proses asimilasi/pengalaman kognitif, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya
Siswa pada hakekatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara jelas, maka kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka mampu menampilkan posisi itu. Para guru dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada siswa sesuai dengan taraf perkembangannya, sehingga mereka memperoleh konsep. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses perolehan, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Proses belajar-mengajar seperti inilah yang dapat menciptakan siswa belajar aktif.
Hakekat dari CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya:
a. Proses asimilasi/pengalaman kognitif, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya
pengetahuan
b. Proses perbuatan/pengalaman langsung, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya
b. Proses perbuatan/pengalaman langsung, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya
keterampilan
c. Proses penghayatan dan internalisasi nilai, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya
c. Proses penghayatan dan internalisasi nilai, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya
nilai
dan sikap
Walaupun demikian, hakekat CBSA tidak saja terletak pada tingkat keterlibatan intelektual-emosional, tetapi terutama juga terletak pada diri siswa yang memiliki potensi, tendensi atau kemungkinan kemungkinan yang menyebabkan siswa itu selalu aktif dan dinamis. Oleh sebab itu guru diharapkan mempunyai kemampuan profesional sehingga ia dapat menganalisis situasi instruksional kemudian mampu merencanakan sistem pengajaran yang efektif dan efisien. Dalam menerapkan konsep CBSA, hakekat CBSA perlu dijabarkan menjadi bagian-bagian kecil yang dapat kita sebut sebagai prinsip-pninsip CBSA sebagai suatu tingkah laku konkret yang dapat diamati. Dengan demikian dapat kita lihat tingkah laku siswa yang muncul dalam suatu kegiatan belajar mengajar.
Walaupun demikian, hakekat CBSA tidak saja terletak pada tingkat keterlibatan intelektual-emosional, tetapi terutama juga terletak pada diri siswa yang memiliki potensi, tendensi atau kemungkinan kemungkinan yang menyebabkan siswa itu selalu aktif dan dinamis. Oleh sebab itu guru diharapkan mempunyai kemampuan profesional sehingga ia dapat menganalisis situasi instruksional kemudian mampu merencanakan sistem pengajaran yang efektif dan efisien. Dalam menerapkan konsep CBSA, hakekat CBSA perlu dijabarkan menjadi bagian-bagian kecil yang dapat kita sebut sebagai prinsip-pninsip CBSA sebagai suatu tingkah laku konkret yang dapat diamati. Dengan demikian dapat kita lihat tingkah laku siswa yang muncul dalam suatu kegiatan belajar mengajar.
4.
Penerapan Pendekatan Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA)
Pendekatan CBSA pada dasarnya merupakan gagasan konseptual dan bukan merupakan suatu prosedural-konseptual.
a. Prinsip-prinsip dan Rambu-rambu CBSA
Prinsip-prinsip tersebut, menurut T. Raka Joni (1993) ialah
1. penyediaan pijakan dan tuntutan kognitif oleh guru sehingga siswa terbantu untuk
Pendekatan CBSA pada dasarnya merupakan gagasan konseptual dan bukan merupakan suatu prosedural-konseptual.
a. Prinsip-prinsip dan Rambu-rambu CBSA
Prinsip-prinsip tersebut, menurut T. Raka Joni (1993) ialah
1. penyediaan pijakan dan tuntutan kognitif oleh guru sehingga siswa terbantu untuk
membrikan makna terhadap pengalamn
belajarnya,
2. kegiatan belajar-mengajar yang beranekan ragam dari guru,
3. pemberian tugas/kesempatan bagi siswa untuk berbuat langsung guna mengkaji,
2. kegiatan belajar-mengajar yang beranekan ragam dari guru,
3. pemberian tugas/kesempatan bagi siswa untuk berbuat langsung guna mengkaji,
berlatih/menghayati isi kurikulum,
4. guru berusaha untuk memenuhi kebutuhan individu siswa
5. guru berupaya melibatkan sebanyak mungkin siswa dalam interaksi belajar-
4. guru berusaha untuk memenuhi kebutuhan individu siswa
5. guru berupaya melibatkan sebanyak mungkin siswa dalam interaksi belajar-
mengajar,
6. guru mencek pemahaman siswa,
7. guru mengupayakan variasi kegiatan dan suasana belajar dengan penggunaan
6. guru mencek pemahaman siswa,
7. guru mengupayakan variasi kegiatan dan suasana belajar dengan penggunaan
berbagai
strategi belajar-mengajar,
8. guru mengembangkan berbagai pola interaksi dalam proses belajar-mengajar, baik
8. guru mengembangkan berbagai pola interaksi dalam proses belajar-mengajar, baik
antara guru dengan siswa maupun antar
siswa,
9. pemantauan intensif dan diikuti dengan pemberian balikan yang spesifik dan segera.
. Yang dimaksud dengan rambu-rambu CBSA adalah gejala-gejala yang tampak pada perilaku siswa dan guru baik dalam program maupun proses pembelajaran.
Rambu-rambu yang dimaksud adalah :
1. Kuantitas dan kualitas pengalaman yang membelajarkan
2. Prakarsa dan keberanian siswa dalam mewujudkan minat, keinginan, dan dorongan-
9. pemantauan intensif dan diikuti dengan pemberian balikan yang spesifik dan segera.
. Yang dimaksud dengan rambu-rambu CBSA adalah gejala-gejala yang tampak pada perilaku siswa dan guru baik dalam program maupun proses pembelajaran.
Rambu-rambu yang dimaksud adalah :
1. Kuantitas dan kualitas pengalaman yang membelajarkan
2. Prakarsa dan keberanian siswa dalam mewujudkan minat, keinginan, dan dorongan-
dorongan yang ada pada dirinya
3. Keberanian dan keinginan siswa untuk ikut serta dalam proses pembelajaran
4. Usaha dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran
5. Keingintahuan yang ada pada diri siswa
6. Rasa lapang dan bebas yang ada pada diri siswa
7. kuantitas dan kualitas uasaha yang dilakukan guru dalam membina dan membina
3. Keberanian dan keinginan siswa untuk ikut serta dalam proses pembelajaran
4. Usaha dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran
5. Keingintahuan yang ada pada diri siswa
6. Rasa lapang dan bebas yang ada pada diri siswa
7. kuantitas dan kualitas uasaha yang dilakukan guru dalam membina dan membina
keaktifan siswa
8. Kualitas guru sebagai inovator dan fasilitator
9. Tingkat sikap guru yang tidak mendominasi dalam proses pembelajaran
10. Kuantitas dan kualitas metode dan media yang dimanfaatkan para guru dalam
8. Kualitas guru sebagai inovator dan fasilitator
9. Tingkat sikap guru yang tidak mendominasi dalam proses pembelajaran
10. Kuantitas dan kualitas metode dan media yang dimanfaatkan para guru dalam
proses pembelajaran
11. Keterikatan guru terhadap program pembelajaran
12. Variasi interaksi guru-siswa dalam proses pembelajaran
13. Kegiatan dan kegembiraan siswa dalam belajar
11. Keterikatan guru terhadap program pembelajaran
12. Variasi interaksi guru-siswa dalam proses pembelajaran
13. Kegiatan dan kegembiraan siswa dalam belajar
b. Indikator dan Dimensi CBSA
Indikator-indikator tersebut ialah :
1. prakarsa siswa dalam pembelajaran, seperti keberanian mengemukakan pendapat tanpa
Indikator-indikator tersebut ialah :
1. prakarsa siswa dalam pembelajaran, seperti keberanian mengemukakan pendapat tanpa
diminta,
2. keterlibatan mental siswa dalam pembelajaran, seperti pengiktan diri pada tugas yang
2. keterlibatan mental siswa dalam pembelajaran, seperti pengiktan diri pada tugas yang
dihadapi, penyelesaian tugas
secara tuntas melebihi apa yang diharapakan,
3. peranan guru lebih ditekankan sebagai fasilitator, pemantau dan pemberi balikan yang
3. peranan guru lebih ditekankan sebagai fasilitator, pemantau dan pemberi balikan yang
lebih bersifat ulur tangan dari pada campur tangan,
4. belajar eksperiensial (pengalaman langsung),
5. kekayaan variasi metode dan media dalam pembelajaran, dan
6. kualitas dan variasi interaksi dalam pembelajaran, baik antara guru-siswa maupun antar siswa.
Sementara T. Raka Joni (1985) mengemukakan dimensi di dalam proses belajar-mengajar yang menentukan kadar keaktivan siswa, yaitu
1. partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan belajar-mengajar,
2. penekanan pada aspek afektif (sikap) dalam pengajaran,
3. partisipasi siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar (terutama dalam hal interaksi
4. belajar eksperiensial (pengalaman langsung),
5. kekayaan variasi metode dan media dalam pembelajaran, dan
6. kualitas dan variasi interaksi dalam pembelajaran, baik antara guru-siswa maupun antar siswa.
Sementara T. Raka Joni (1985) mengemukakan dimensi di dalam proses belajar-mengajar yang menentukan kadar keaktivan siswa, yaitu
1. partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan belajar-mengajar,
2. penekanan pada aspek afektif (sikap) dalam pengajaran,
3. partisipasi siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar (terutama dalam hal interaksi
antar siswa),
4. penerimaan guru terhadap perbuatan dan kontribusi siswa yang kurang relevan atau bahkan
4. penerimaan guru terhadap perbuatan dan kontribusi siswa yang kurang relevan atau bahkan
sama sekali salah,
5. kekohesivan kelas sebagai kelompok,
6. kebebasan atau kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan penting dalam kehidupan di sekolah, dan
7. jumlah waktu yang digunakan untuk menaggulangi masalah pribadi siswa yang berhubungan dengan pengajaran.
Raka T. Joni mengungkapkan bahwa sekolah yang ber-CBSA dengan baik mempunyai karakterisitk berikut:
1. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa,
2. Guru adalah pembimbing dalam terjadinya pengalaman belajar,
3. Tujuan kegiatan tidak hanya untuk sekedar mengejar standar akademis,
4. Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa,
5. Penilaian.
5. kekohesivan kelas sebagai kelompok,
6. kebebasan atau kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan penting dalam kehidupan di sekolah, dan
7. jumlah waktu yang digunakan untuk menaggulangi masalah pribadi siswa yang berhubungan dengan pengajaran.
Raka T. Joni mengungkapkan bahwa sekolah yang ber-CBSA dengan baik mempunyai karakterisitk berikut:
1. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa,
2. Guru adalah pembimbing dalam terjadinya pengalaman belajar,
3. Tujuan kegiatan tidak hanya untuk sekedar mengejar standar akademis,
4. Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa,
5. Penilaian.
5. Prinsip-prinsip
CBSA
Dalam
mengaktifkan siswa dalam belajar
,seyogyanya seorang pengajar/pendidik membuat pelajaran yang bersifat
menantang,merangsang daya cipta untuk menemukan serta mengesangkan ,dengan
melalui beberapa prinsip belajar sebagai berikut:
a.prinsip motivasi
motif adalah daya pribadi
seseorang yang mendorong untuk melakuka kegiatan .Ada dua jenis motivasi yakni
:motivasi
instrinsik yaitu motivasi dari dalam diri ,dapat silakukan dengan
menggairahkan perasaan ingin tahu anak,ingin untuk mencoba dan hasrat untuk
maju dalam belajar .dam motivasi ekstrinsik yaitu motivasidari luar diri ,dapat
dilakukan dengan memberikan ganjara ,misalnya:melalui pujian,hukuman dan
sebagainya.
b. prinsip latar atau konteks
kegiatan
belajar tak terjadi dalam kekosongan ,para pelajar sudah jelas mempelajari
suatu hal yang baru ,baik langsung maupun tidak langsung ,ada hubungannya.
Sehubunan dengan itu ,perlu penyelidikan tentang pengetahuan
perasaan,keterampilan ,sikap dan pengalaman yang telah di pelajari siswa.
c. prinsip keterarahan kepada titik
pusat atau fokus.
Pelajaran
yan direncanakan dalam suatu bentuk atau pola tertentu akan mampu mengaitkan
bagian-bagian yang terpisah dalam suatu pelajaran .tanpa suatu pola ,pelajaran
dapat terpecah-pecah dan para pelajar akan sulit memperhatikann.titik ppusat
itu dapat tercipta memlalui upaya merumuskan masalah yang hendak dijawab atau
merumuskan konsep yang hendak di capai.titik pusat akan membatasi keluasaan dan
kedalaman tujuan bellajar serta memberi arah kepada tujuan yang hendak di
capai.
d. prinsip hubungan social atau
sosialisasi.
Dalam
belajar para pelajar perlu dilatih untuk bekerjasama dengan rekan-rekan
sebayanya.
e. prinsip belajar sambil bekerja
Pelajar
pada hakikatnya belajar sambil bekerja atau melakukan aktivitas.
f. prinsip perbedaan perorangan atau
individualisasi
setiap
pelajar tentu saja memiliki perbedaan perorangan seperti :kadar kepintaran
,kegemaran bakat ,latar belakang keluarga da sebagainya.
g. prinsip pemecahan masalah
seluruh
kegiatan pelajar akan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.
B.
PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES (PKP)
1. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan Keterampilan proses adalah wahana pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa.
Dimiyati dan Mudjiono (1999) menyimpulkan bahwa :
a. Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada siswa pengertian yang tepat tentang
1. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan Keterampilan proses adalah wahana pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa.
Dimiyati dan Mudjiono (1999) menyimpulkan bahwa :
a. Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada siswa pengertian yang tepat tentang
hakikat ilmu pengetahuan. Siswa dapat
mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat
lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu
pengetahuan.
b. Proses pengajaran yang berlangsung memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
b. Proses pengajaran yang berlangsung memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
bekerja dengan ilmu pengetahuan tidak
sekedar mendengar cerita atau penjelasan guru
mengenai sesuatu ilmu pemgetahuan. Justru
di sisi lain siswa merasa berbahagia dengan
peran aktifnya di dalam proses pengajaran.
c. Pendekatan keterampilan proses mengantarkan siswa untuk belajar ilmu pengetahuan, baik
c. Pendekatan keterampilan proses mengantarkan siswa untuk belajar ilmu pengetahuan, baik
sebagai proses ataupun sebagai produk ilmu
pengetahuan sekaligus.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa pendekatan keterampilan proses menekankan pada upaya membelajarkan siswa bagaimana belajar. Oleh karena itu, hubungan antara CBSA dan PKP sangat erat dan berinterksi secara timbal balik. Pendekatan keterampilan proses dapat dikatakan merupakan perwujudan dari upaya pembelajaran melalui CBSA
2. Jenis Keterampilan dalam PKP
a. Keterampilan-keterampilan Dasar (Basic Skills)
Keterampilan-keterampilan Dasar terdiri dari :
• Mengamati
• Mengklasifikasikan
• Mengkomunikasikan
• Mengukur
• Memprediksi
• Menyimpulkan
b. Keterampilan-keterampilan Terintegrasi (Integrated Skills)
Keterampilan-keterampilan Terintegrasi terdiri dari :
• Mengenali variabel
• Membuat tabel data
• Membuat grafik
• Menggambarkan hubungan antar variabel
• Mengumpulkan dan mengolah data
• Menganalisis penelitian
• Menyusun hipotesis
• Mendefinisikan variabel
• Bereksperimen
Secara singkat dapat dikatakan bahwa pendekatan keterampilan proses menekankan pada upaya membelajarkan siswa bagaimana belajar. Oleh karena itu, hubungan antara CBSA dan PKP sangat erat dan berinterksi secara timbal balik. Pendekatan keterampilan proses dapat dikatakan merupakan perwujudan dari upaya pembelajaran melalui CBSA
2. Jenis Keterampilan dalam PKP
a. Keterampilan-keterampilan Dasar (Basic Skills)
Keterampilan-keterampilan Dasar terdiri dari :
• Mengamati
• Mengklasifikasikan
• Mengkomunikasikan
• Mengukur
• Memprediksi
• Menyimpulkan
b. Keterampilan-keterampilan Terintegrasi (Integrated Skills)
Keterampilan-keterampilan Terintegrasi terdiri dari :
• Mengenali variabel
• Membuat tabel data
• Membuat grafik
• Menggambarkan hubungan antar variabel
• Mengumpulkan dan mengolah data
• Menganalisis penelitian
• Menyusun hipotesis
• Mendefinisikan variabel
• Bereksperimen
BAB
VI
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Mendidik subjek didik untuk membangun dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dalam dunia dan masyarakat dan terus-menerus berubah mampu menuntut dia mampu berfikir sendiri.Hal ini perlu memahamidan memperlakukan tuntutan peningkatan teknologi sains dan teknologi pada suatu generasi yang sebagian tumbuh di pedesaan ,akan mempunyai dampak pada kehidupan lama yang sebelumnya belum dialaminya.
Pertumbuhan dan pendidikan sikap yang sesuai diperlukan supaya tekaman – tekaman hidup sebagai konsekuensi dari perkembangan sains dan teknologi ti9dak menjerumuskan kita dalam suatu pertumbuhan masyarakat ekonomi yang serba materialis,konsutif dan individualisti yang meruan dampak peningkatan ekonomi .apa yang dihasilkan oleh sekolah merupakn persiapan dalam menghadapi tuntutan jaman dn masa depan yang diakaitakan.untuk itu ,tidak saja ia harus mengwujudkan potensinya secara alamiah dalam menghadapi masa depan tetapi ia harus mampu membangun dan menguasai masa depan itu.disini terlekak factor pengembangan sikap untu sepenuhynya bertanggung jawab terhadap tugasnya(matra afektif)yamg mewujudkan tekad kecendurungan (tendency) dan kejadian (event) dari masa depan itu.keterampilan fisik dan mental(matra psikomotorik)dan perolehan pengetahuan(kognitif)untuk berpikir mandiri diperoleh denga pendekatan keterampilan prose situ merupakan penyatu kaitan yang mendalam(interpenetrasi)dari empat matra,yang membuka suasana kondusif yang ditandai oleh kepekaan intuitif (matra interaktif) terhadap berbagi masalah, sekaligus menampilkan kreatifitasnya.
Mendidik subjek didik untuk membangun dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dalam dunia dan masyarakat dan terus-menerus berubah mampu menuntut dia mampu berfikir sendiri.Hal ini perlu memahamidan memperlakukan tuntutan peningkatan teknologi sains dan teknologi pada suatu generasi yang sebagian tumbuh di pedesaan ,akan mempunyai dampak pada kehidupan lama yang sebelumnya belum dialaminya.
Pertumbuhan dan pendidikan sikap yang sesuai diperlukan supaya tekaman – tekaman hidup sebagai konsekuensi dari perkembangan sains dan teknologi ti9dak menjerumuskan kita dalam suatu pertumbuhan masyarakat ekonomi yang serba materialis,konsutif dan individualisti yang meruan dampak peningkatan ekonomi .apa yang dihasilkan oleh sekolah merupakn persiapan dalam menghadapi tuntutan jaman dn masa depan yang diakaitakan.untuk itu ,tidak saja ia harus mengwujudkan potensinya secara alamiah dalam menghadapi masa depan tetapi ia harus mampu membangun dan menguasai masa depan itu.disini terlekak factor pengembangan sikap untu sepenuhynya bertanggung jawab terhadap tugasnya(matra afektif)yamg mewujudkan tekad kecendurungan (tendency) dan kejadian (event) dari masa depan itu.keterampilan fisik dan mental(matra psikomotorik)dan perolehan pengetahuan(kognitif)untuk berpikir mandiri diperoleh denga pendekatan keterampilan prose situ merupakan penyatu kaitan yang mendalam(interpenetrasi)dari empat matra,yang membuka suasana kondusif yang ditandai oleh kepekaan intuitif (matra interaktif) terhadap berbagi masalah, sekaligus menampilkan kreatifitasnya.
B. SARAN
untuk dapat membentuk siswa yang aktif sebaiknya menggunakan metode pembelajran yang
benar-benar sesuai dengan kerakter dan pemikiran siswa agar mudah di pahami dan
di mengerrti oleh para pelajar.
Abdul
haling.2007.belajar dan pembelajara:Makassar.Badan Penerbit UNM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar